2 Langkah Mudah Menilai Creative Campaign
Setelah selesai menyusun materi atau membuat draf marketing campaign, tentu kita perlu melakukan pengecekan ulang untuk menilai kesesuaian dan ketepatan materinya. Namun, marketing campaign sangat berkaitan erat dengan kreatifitas, maka tentu hasil penilaian akan menjadi subjektif karena setiap orang memiliki preferensi yang berbeda.
Lalu, apa yang harus dilakukan? Bagaimana cara menilai campaign-nya? Tenang, tulisan ini akan menunjukkan 2 langkah mudah yang bisa kamu gunakan untuk menilai campaign yang telah kamu buat. Simak dan tuntaskan bacaanmu, ya!
Gunakan Guideline
Seringkali saat melihat campaign, kita fokus pada materi yang disajikan sehingga subjektivitas akan langsung membatasi penilaian yang diberikan. Padahal, akan lebih mudah jika kita memperhatikan atau menganalisis untuk mengetahui funnel-nya. Munculkan pertanyaan, “campaign ini dibuat untuk funnel apa?”
Lakukan penilaian terkait kesesuaian materi dengan funnel yang dituju, sudah tepat atau belum. Kemudian, lakukan pertimbangan dengan menjawab pertanyaan “apakah konsumen akan paham dengan campaign atau pesan ini?”. Pada dasarnya campaign yang baik memang harus dipahami audiens atau konsumen agar pesannya dapat diterima dengan baik.
Model A.B.C.D.E
Setelah kedua pertanyaan tersebut bisa terjawab, barulah lakukan analisis dengan menggunakan model A.B.C.D.E, yaitu:
- Attention. Menurut riset, kemampuan konsentrasi menusia setiap tahun semakin menurun. Maka dari itu, campaign yang dihasilkan harus mampu menangkan atensi audiens atau konsumen dalam beberapa detik. Pastikan ada hal yang bisa membuat audiens atau konsumen tertarik dengan campaign.
- Branding. Pastikan brand equity, khususnya brand asset, ada dalam campaign agar terbentuk keunikan dan ciri khas brand dalam ingatan audiens.
- Communication. Pesan yang disampaikan harus tepat, gunakan analogi stimulus―respon yang sudah dibahas pada tulisan sebelumnya.
- Emotion. Tanamkan dalam diri kita sebagai seorang marketer, bahwa emosi dapat membuat brand kita 8x lebih cepat diingat. Maka, nilailah apakah campaign yang dibuat dapat mendorong audiens untuk merasakan suatu emosi. Jika tidak ada perasaan yang muncul, berarti materi campaign kurang tepat.
Maka, simpulannya adalah penilaian campaign perlu dilakukan dalam tim agar penilaian yang didapatkan tidak hanya berdasarkan subjektivitas satu orang saja. Dengan banyaknya masukan dan pendapat, campaign yang dibuat dapat lebih sempurna lagi.
Sering penasaran dengan digital marketing, sekarang lagi belajar manajemen marketing. Daripada pusing tujuh keliling, mending cek MySkill untuk belajar ilmu yang penting. Temui saya di LinkedIn dan Instagram juga, ya!
Sumber:
[1] Ryan Dwana. Assessing Marketing Materials. E-learning MySkill. Diakses pada 03 April 2023.